Masih SMA, Anak-Anak Ini Berani Bisnis Kaos Beromzet Rp2,7 Juta/Bulan
Anak-anak muda yang masih berada di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) ini punya mimpi besar, membangun perusahaan fesyen sendiri. Lalu juga bisa bersaing dengan merek-merek besar terdahulu mereka, seperti Joger di Bali dan Dagadu di Yogya.
Adalah Tasya Rizkia Hanifah, Adji Darmawan, dan 18 orang siswa SMA Negeri 66 Jakarta yang punya inisatif besar ini. Mereka membangun Batakarta Student Company, perusahaan yang memproduksi kaos atau T-Shirt dengan gambar-gambar bertema permainan tradisional khas Indonesia. Produknya diberi merek Mae-Nan.
"Kalau Bali punya Joger, Yogya punya Dagadu, kita ingin Jakarta punya Mae-Nan," ujar Tasya yang merupakan salah satu anggota perusahaan pelajar ini kepada detikFinance, di Gedung Aldevco, Jakarta, Akhir Pekan Lalu.
Untuk mendirikan sebuah perusahaan, usia mereka masih tergolong belia. Mereka masih duduk di kelas X atau kelas 1 SMA. Dan usia mereka baru sekitar 15-16 tahun.
Namun jangan salah, produk mereka ternyata mampu menembus pasar internasional hingga ke Paris, Jerman, dan Bangkok. Hal ini, cerita Tasya, didukung oleh pola pemasaran yang juga memanfaatkan jaringan sosial media, sehingga mampu menggaet pasar tanpa batas di dunia maya.
Selain itu, kualitas produk dan kreativitas juga memegang peranan penting. "Nggak banyak, malah mungkin nggak ada sebelum kita yang punya ide bikin kaos, gambarnya bertema permainan tradisional anak-anak zaman dahulu," tutur Tasya.
Ia bercerita, awal mula kaos Mae-Nan mampu menjual produknya ke luar negeri, karena ada seorang dari Jerman yang melihat produk mereka di media sosial. Karena tertarik dengan keuinikan produk, orang itu sampai menyambangi langsung kantor Batakarta di Bilangan Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan.
Warga negara Jerman tersebut lantas membeli salah satu kaos yang kemudian dibawanya ke negara asalnya. "Waktu sampai di negaranya, orang Jerman itu bilang teman-temannya banyak yang suka, akhirnya mereka pesan lagi. Jadi kami kirim lagi sesuai pesanan," tutur dia.
Adalah Tasya Rizkia Hanifah, Adji Darmawan, dan 18 orang siswa SMA Negeri 66 Jakarta yang punya inisatif besar ini. Mereka membangun Batakarta Student Company, perusahaan yang memproduksi kaos atau T-Shirt dengan gambar-gambar bertema permainan tradisional khas Indonesia. Produknya diberi merek Mae-Nan.
"Kalau Bali punya Joger, Yogya punya Dagadu, kita ingin Jakarta punya Mae-Nan," ujar Tasya yang merupakan salah satu anggota perusahaan pelajar ini kepada detikFinance, di Gedung Aldevco, Jakarta, Akhir Pekan Lalu.
Untuk mendirikan sebuah perusahaan, usia mereka masih tergolong belia. Mereka masih duduk di kelas X atau kelas 1 SMA. Dan usia mereka baru sekitar 15-16 tahun.
Namun jangan salah, produk mereka ternyata mampu menembus pasar internasional hingga ke Paris, Jerman, dan Bangkok. Hal ini, cerita Tasya, didukung oleh pola pemasaran yang juga memanfaatkan jaringan sosial media, sehingga mampu menggaet pasar tanpa batas di dunia maya.
Selain itu, kualitas produk dan kreativitas juga memegang peranan penting. "Nggak banyak, malah mungkin nggak ada sebelum kita yang punya ide bikin kaos, gambarnya bertema permainan tradisional anak-anak zaman dahulu," tutur Tasya.
Ia bercerita, awal mula kaos Mae-Nan mampu menjual produknya ke luar negeri, karena ada seorang dari Jerman yang melihat produk mereka di media sosial. Karena tertarik dengan keuinikan produk, orang itu sampai menyambangi langsung kantor Batakarta di Bilangan Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan.
Warga negara Jerman tersebut lantas membeli salah satu kaos yang kemudian dibawanya ke negara asalnya. "Waktu sampai di negaranya, orang Jerman itu bilang teman-temannya banyak yang suka, akhirnya mereka pesan lagi. Jadi kami kirim lagi sesuai pesanan," tutur dia.
Di Indonesia, produk mereka telah merambah Kota Lampung, Bandung, Bekasi, Bogo, Bali, dan kota-kota lainnya.
Untuk urusan omzet, usaha yang berdiri 3 bulan yang lalu ini tergolong lumayan. Dan sebulan mereka bisa mengantongi hingga Rp 2.700.000 dengan menjual sekitar 36 kaos yang dibanderol dengan harga Rp 75.000.
"Harga kaos kita Rp 75.000. Waktu awal berdiri, target awal kita jual 24 unit per bulan. Tapi karena peminatnya banyak, kita bisa jual 36 unit per bulan," ungkapnya.
Untuk urusan modal, anak-anak muda ini punya cara unik. Mereka menggunakan sistem saham layaknya sebuah perusahaan profesional. Ada 75 lembar saham yang dihargai Rp 20.000 per lembarnya yang disebar sebagian besarnya ke para anggota perusahaan sendiri, dan sebagian kecilnya ke pihak luar seperti guru dan orang tua.
Hasilnya, terkumpul dana Rp 1.500.000 yang digunakan untuk membiayai produksi awal mereka. Untuk urusan tata kelola perusahaan, anak-anak muda ini mendapat dukungan dari Citi Indonesia, melalui kemitraan dengan Prestasi Junior Indonesia (PJI) dalam program pembekalan dan keterampilan berwirausaha.
Seluruh siswa yang ikut dalam program ini memperoleh pelatihan dan kesempatan untuk menjalankan sebuah usaha. Kegiatan ini berisi materi nyata pendirian sebuah badan usaha dari mulai pendirian Perusahaan Terbuka (PT), penentuan posisi dan tanggung jawab jabatan direksi, perencanaan dan pelaksanaan strategi bisnis, hingga tata penjualan saham dan hasil usaha. Dan di akhir program ini, para siswa akan dilombakan secara regional, nasional hingga internasional.
Semoga bisnis anak-anak ini maju dan berkembang, serta berperan dalam perekonomian dalam negeri.
Untuk urusan omzet, usaha yang berdiri 3 bulan yang lalu ini tergolong lumayan. Dan sebulan mereka bisa mengantongi hingga Rp 2.700.000 dengan menjual sekitar 36 kaos yang dibanderol dengan harga Rp 75.000.
"Harga kaos kita Rp 75.000. Waktu awal berdiri, target awal kita jual 24 unit per bulan. Tapi karena peminatnya banyak, kita bisa jual 36 unit per bulan," ungkapnya.
Untuk urusan modal, anak-anak muda ini punya cara unik. Mereka menggunakan sistem saham layaknya sebuah perusahaan profesional. Ada 75 lembar saham yang dihargai Rp 20.000 per lembarnya yang disebar sebagian besarnya ke para anggota perusahaan sendiri, dan sebagian kecilnya ke pihak luar seperti guru dan orang tua.
Hasilnya, terkumpul dana Rp 1.500.000 yang digunakan untuk membiayai produksi awal mereka. Untuk urusan tata kelola perusahaan, anak-anak muda ini mendapat dukungan dari Citi Indonesia, melalui kemitraan dengan Prestasi Junior Indonesia (PJI) dalam program pembekalan dan keterampilan berwirausaha.
Seluruh siswa yang ikut dalam program ini memperoleh pelatihan dan kesempatan untuk menjalankan sebuah usaha. Kegiatan ini berisi materi nyata pendirian sebuah badan usaha dari mulai pendirian Perusahaan Terbuka (PT), penentuan posisi dan tanggung jawab jabatan direksi, perencanaan dan pelaksanaan strategi bisnis, hingga tata penjualan saham dan hasil usaha. Dan di akhir program ini, para siswa akan dilombakan secara regional, nasional hingga internasional.
Semoga bisnis anak-anak ini maju dan berkembang, serta berperan dalam perekonomian dalam negeri.